Jumat, 30 Maret 2012

Berangkat Sekolah dengan Perahu Karet

Hal ironis menimpa para siswa/i SDN Mekar Mukti 2 Garut, Cibalong, Garut, Jawa Barat. Mereka terpaksa menempuh perjalanan menuju sekolah mereka dengan menaiki perahu karet akibat jembatan sebagai akses jalan utama menuju sekolah runtuh dan belum dibangun kembali. Jembatan tersebut runtuh pasca hujan deras yang mengguyur Garut tak kunjung terhenti. Misalnya saja saat hari Kamis, 15 Maret 2012 mereka bertandang ke studio Fokus Pagi, Indosiar, mereka membutuhkan waktu selama 8 jam untuk menempuh perjalanan akibat akses jalan yang sulit dilewati.

Akibat gempa beberapa bulan lalu pun beberapa gedung sekolah di Bandung ikut ambruk menjadi rata dengan tanah. Kalau pun ada yang bertahan, bangunan tersebut hancur sebagian dan tidak ada atapnya. Kejadian ini mengakibatkan para siswa terpaksa meneruskan kegiatan belajar mengajar mereka di tenda. Dengan fasilitas yang minim itu para siswa di beberapa SDN di Bandung mengeluh sering tidak bisa berkonsentrasi saat belajar dikarenakan banyaknya debu akibat reruntuhan bangunan dan cuaca yang sangat panas. Siswa pun merasa khawatir jikalau terjadi sesuatu misalnya bangunan atau tenda runtuh sewaktu-waktu ketika mereka sedang belajar.

Minimnya fasilitas dan perbaikan infrastruktur membuat Gubernur Jawa Barat, bapak Ahmad Heryawan, turun tangan. Beliau memberi anggaran sebesar 40 juta rupiah untuk perbaikan jembatan. Bandung yang masih minim menyediakan ruang kelas untuk para siswa pun menggerakkan para petinggi daerah di Jawa Barat untuk membangun ruang kelas yang diperuntukkan para siswa SD, SMP, dan SMA di Jawa Barat. Total sudah ada 13.000 ruang kelas yang dibangun pada periode 2008-2009 dan sejumlah 6.000 ruang kelas pada periode 2010-2011. Untuk tahun ini direncanakan akan ada dana pembangun untuk 10.000 ruang kelas dari total 130.000 ruang kelas se-Indonesia yang membutuhkan perbaikan.

Dewan guru pun memberikan pendapatnya jika dana untuk pembangunan gedung sekolah yang rusak akibat bencana itu tersendat selama lebih kurang 4 tahun sehingga membiarkan para siswa mau tak mau harus bertahan dalam keadaan yang memprihatinkan di sekolah mereka. Mereka pun sempat beberapa kali memberikan permohonan perbaikan gedung sekolah melalui surat kepada pemerintah daerah setempat namun tak kunjung ada tanggapan. Akhirnya beberapa sekolah yang memiliki jumlah ruang kelas yang minim atau bahkan kelas berupa tenda-tenda mengantisipasi keadaan dengan membagi ruang menjadi untuk 2 kelas. Sehingga total ada 3 ruang kelas dan 1 ruang guru untuk seluruh murid kelas  1 hingga kelas 6 SD.

Hasil analisis tayangan Fokus Pagi, Indosiar edisi hari Kamis, 15 Maret 2012 pukul 06:10 wib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar